Kamis, 28 Juni 2012

MENYIKAPI KEGAGALAN DALAM BISNIS

Kegagalan dan keberhasilan merupakan sesuatu yang lazim terjadi dalam kehidupan. Begitu pula dalam berwirausaha atau berbisnis, keberhasilan dan kegagalan akan selalu terjadi bahkan kegagalan akan lebih sering terjadi daripada keberhasilan. Saat ini kita ketahui bersama kalau sektor usaha kecil menjadi gerbang lokomotif perekonomian bangsa, karena terbukti banyak menampung tenaga kerja dan membuat ekonomi kita bertumbuh.

Meskipun demikian sektor ini dalam perkembangannya masih menghadapi kendala terutama dari segi keuangan, yaitu permodalan dan pengelolaan keuangan yang belum tertib. Dua hal ini cukup penting karena kalau tidak teratasi maka usaha terancam gulung tikar. Keuangan tidak bisa diabaikan karena ibarat darah dalam tubuh manusia sangat menentukan kelangsungan hidup suatu usaha. Bila salah dalam mengelola keuangan usaha bukan tidak mungkin perkembangan usaha pun terganggu. Apalagi bila ingin perusahaan Anda bisa bersaing dengan perusahaan yang besar dan berskala global.

Kesalahan apa saja yang umumnya dilakukan oleh para pengusaha
kecil dalam mengelola keuangan? Sebetulnya banyak faktor tetapi kali ini saya hanya membahas 3 hal saja, yakni :
1. MENCAMPUR UANG PRIBADI DENGAN UANG USAHA
Masalah ini sering terjadi bila pemilik merangkap juga sebagai pengelola usaha, keuangan rumah tangga bercampur dengan uang bisnis, ataupun rumah merangkap sebagai tempat usaha. Selain itu
tidak ada pemisahan antara rekening pribadi dengan rekening usaha sehingga uang pun bercampur. Sehingga uang usaha terpakai untuk kebutuhan pribadi atau sebaliknya. Lambat laun kinerja keuangan usaha jadi tidak jelas perkembangannya, apalagi bila tidak dilakukan pencatatan yang tertib. Untuk mengatasi masalah ini ada beberapa tips yaitu :

a. Setiap transaksi hendaknya dilakukan pencatatan yang tertib, baik uang yang masuk maupun uang keluar. Lakukan evaluasi mingguan untuk menghitung berapa selisih antara uang masuk dan
uang keluar yang merupakan laba usaha. Bila Anda rajin melakukan pencatatan maka bila uang terambil untuk kebutuhan pribadi bisa terdeteksi dengan baik berapa besarnya. Dan sebaiknya bila terpaksa mengambil harus dicatat dan dikembalikan segera.

b. Alternatif lain untuk mengambil sebagian uang usaha adalah dengan menggaji dirinya sendiri. Bila keuntungan usaha Anda stabil maka bisa dengan gaji tetap bulanan, tetapi bila omset Anda masih
naik turun sebaiknya gaji ditentukan berdasarkan prosentase omset misalnya 10 – 20 % dari omset.

c. Usahakan memiliki rekening bank yang terpisah antara uang pribadi dan uang usaha. Sehingga transaksi usaha maupun transaksi pribadi dilakukan secara terpisah dan memudahkan pemantauan.

2. TIDAK MEMILIKI FORMULA PEMBAGIAN KEUNTUNGAN USAHA YANG JELAS
Umumnya para pebisnis tidak memiliki patokan berapa keuntungan yang digunakan untuk keperluan pribadi dan berapa untuk bayar utang dan pengembangan. Bila tidak ada formula yang jelas, sulit
bagi usaha untuk berkembang dengan baik karena tidak jelas kemana larinya uang. Formula pembagian keuntungan yang mana sebaiknya digunakan? Sebetulnya tidak ada patokan yang baku tetapi mungkin formula yang saya rumuskan bisa diterapkan, yaitu alokasi 10 : 10 : 20 : 30 : 30. Artinya setelah Anda menerima keuntungan yang tentunya dihitung dari pendapatan usaha dikurangi semua komponen biaya maka 10 % keuntungan digunakan untuk zakat, infaq, dan sedekah; 10 % berikutnya digunakan untuk investasi pribadi si pengusaha seperti emas atau
reksadana. Kemudian 20 % digunakan untuk dana pengembangan usaha atau ekspansi, 30 % dari laba digunakan untuk membayar pinjaman/hutang modal usaha, dan 30 % berikutnya baru digunakan untuk gaji atau penghasilan pengusaha.

3. BERPATOKAN PADA OMSET SEBAGAI KEBERHASILAN USAHA
Banyak kalangan pengusaha hanya menyebutkan omset usaha sebagai tolak ukur keberhasilan dalam berbisnis. “Omset saya 50 juta per bulan lho” kata salah seorang pengusaha kecil dengan bangganya. Namun ketika ditanya berapa profitnya dia tidak bisa
menentukan dengan tepat. Omset yang besar tidak identik dengan keberhasilan karena profit atau laba tolak ukur kesuksesan sebagai pengusaha. Keberhasilan Anda dalam berbisnis tidak ada kaitannya dengan berapa customer yang Anda miliki atau berapa jumlah
karyawan yang direkrut. Semua berkaitan dengan laba. Omset tinggi tetapi komponen biaya yang dikeluarkan tinggi maka ini tidak seimbang. Laba pun tidak optimal. Contoh biaya sewa tempat, gaji karyawan, biaya promosi dan iklan, biaya administrasi dan umum
termasuk biaya penyusutan ini sebagai pengurang dari profit.

Perhitungan laba ini sangat berkaitan dengan pengetahuan seorang pengusaha terhadap pembukuan dan pencatatan keuangan dengan benar. Oleh karena itu sekali lagi pencatatan pembukuan yang
rapi, pengumpulan bukti-bukti transaksi, penyusunan laporan keuangan baik neraca, laporan laba rugi, maupun arus kas tidak selayaknya diabaikan. Kinerja usaha ditentukan oleh laporan keuangan yang memadai sehingga dapat digunakan untuk evaluasi internal maupun bahan mengajukan tambahan modal ke investor.
Demikian, selamat mengelola keuangan usaha Anda, semoga sukses dan berkah. Amin.http://shop.pengusahamuslim.com/products-page/emagazines/e-magazine-pengusaha-muslim-menjadi-jutawan-dari-sampah-dan-barang-bekas/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar